Minggu, 16 Oktober 2011

Pecinta Satwa Tak Harus Pelihara Satwa



pic from here
   Sudah lama ada trend di kalangan selebriti untuk memiliki satwa langka sebagai hewan peliharaan mereka. Artis dan pejabat yang ingin dianggap kaya dan "pemerhati lingkungan" berburu satwa langka di pasar burung lalu memeliharanya dalam kurungan di halaman rumah. Tidak hanya burung langka yang diburu dengan bisik-bisik (karena ilegal), tapi juga siamang, anak kancil, kukang, harimau dan satwa-satwa dilindungi lainnya.

  Tanpa mereka sadari, kegiatan itu sebenarnya malah membunuh satwa lebih cepat. Satwa liar tidak hanya perlu makan


 dan minum, tapi juga ruang gerak yang bebas dan leluasa, lingkungan hidup alamiah yang nyaman dan pasangan hidup yang cocok.

  Kebun binatang yang baik adalah tempat yang tepat untuk menyediakan lingkungan alami semacam itu. Segala macam gangguan diminimalisasi agar mereka dapat hidup tentram dan berkembang biak dengan aman. Dengan diberi lingkungan alam seperti itu pun kadang satwa langka tetap tidak mau berkembang biak.

  Untuk bisa bekembang biak, mereka menghendaki sex ratio (perbandingan antara pejantan dan betina) tertentu. Kalau dikurung dalam kandang dan dijodohkan dengan paksa, mana mungkin mereka mau berkembang biak dengan hati berbunga-bunga.

Kebanyakan satwa liar -apalagi yang sudah langka atau terancam punah- sangat peka terhadap gangguan lingkungan. Mereka terbiasa hidup di alam yang jauh dari gangguan manusia. Satwa yang lahir di alam tenang tapi kemudian ditangkap dalam perangkap untuk dijual di pinggir jalan kaki lima kota besar, selalu mengalami stres berat. Stres ini mempengaruhi tingkah laku mereka, seperti ketakutan, tidak mau makan dan tidak mau kawin.

Kalau kita membeli binatang stress semacam itu, boleh dipastikan beberapa hari kemudian mereka akan mati merana. Lalu uang yang telah dibelanjakan menjadi mubazir. Lalu dimana letak kemuliaan "melestarikan" mereka sebagai satwa langka yang dilindungi?

Sebaiknya, para pemelihara satwa yang mengklaim "untuk melestarikan" mereka exsitu itu sadar bahwa membeli satwa langka di pinggir jalan tidak mungkin disebut penyayang satwa. Kalau benar-benar ingin berpredikat sebagai pencinta satwa, sebaiknya kita menyalurkan dana berlebih yang ada ke lembaga-lembaga pelestari satwa atau bergabung dengan mereka dalam kegiatan pelestarian margasatwa.

Satwa yang terlanjur kita pelihara (mungkin dulunya karena diberi teman sebagai hadiah karena ia menghormati kita sebagai pejabat atau nge-fans sebagai artis atau selebriti), sebaiknya kita serahkan kepada lembaga yang ahli dalam pemeliharaan mereka, seperti kebun binatang, taman margasatwa atau Taman Safari. Kecintaan kita lebih baik disalurkan ke hobi mengoleksi berbagai bentuk barang yang ada hubungannya dengan satwa, seperti perangko, kartu pos bergambar, kartu telepon, buku-buku tentang fauna ataupun CD tentang dokumentasi kehidupan binatang.

Selain itu masih ada option bagi kita untuk bertamasya ke tempat yang lebih alamiah, seperti taman nasional, suaka marga satwa dan objek lain yang 'dijual' oleh biro ekowisata. Dengan bermalam di tempat itu, kita akan menjumpai satwa yang kita kagumi, mendengarkan nyanyian mereka, membuat foto pagi-pagi ketika mereka sedang mencari makan dan hal-hal lain yang pastinya lebih menarik dan penuh sensasi ketimbang melihat muka sedih atau ketakutan mereka dalam kurungan halaman rumah. 






@dicka_erd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar